Teks Eksposisi


MENULIS KARANGAN EKSPOSISI


A.    Pengertian

1.      Eksposisi (paparan) adalah karangan / bentuk wacana yang berusaha menerangkan, menjelaskan, dan menguraikan suatu objek dengan tujuan utama memberitahukan atau memberi informasi  mengenai objek tersebut sehingga dapat memperluas wawasan dan pengetahuan pembaca.
Wacana eksposisi sama sekali tidak bermaksud mempengaruhi atau mengubah sikap dan pendapat para pembacanya.
Bentuk wacana eksposisi banyak digunakan dalam menulis artikel, tulisan ilmiah populer,  diktat perkuliahan, buku-buku bacaan ilmiah, dsb.
B.     Ciri-ciri wacana eksposisi:
1.      Menjelaskan fakta, proses sesuatu, pendapat, keyakinan dan sebagainya.
2.      Memerlukan fakta yang diperkuat dengan angka, data, peta, grafik dan sebagainya untuk memperjelas informasi.
3.      Memerlukan analisis (penalaran)
4.      Menggali sumber ide dari pengamatan, pengalaman, penelitian, sikap, dan keyakinan.
5.      Menggunakan bahasa yang informatif  dengan kata-kata denotatif.
6.      Eksposisi panjang mengandung tiga bagian utama yaitu  pendahuluan, tubuh (isi) eksposisi , dan penutup (penutup eksposisi berupa penegasan )

C.    Pola Pengembangan Eksposisi
1.      Eksposisi Proses
       adalah  paragraf eksposisi yang menjelaskan serangkaian tindakan, pengolahan dalam menghasilkan sesuatu, uraian cara terjadinya sesuatu, cara melakukan sesuatu secara kronologis.
        Contoh:
       Setelah dituang dari tabung bambu,  cairan manis tersebut kemudian disaring, ditampung dalam tempayan kemudian direbus sampai mendidih. Dalam waktu lebih kurang 2 jam cairan tersebut akan mengental dan berwarna coklat. Selanjutnya diturunkan dan diaduk dengan posisi miring, agar menjadi dingin. Lebih kurang 20 menit, cairan gula merah tersebut siap dicetak, sesuai dengan bentuk yang diinginkan.

2.      Eksposisi Perbandingan
      adalah paragraf eksposisi yang menjelaskan perbandingan dua hal atau lebih dengan menunjukkan kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan dari objek yang dibandingkan.
       Contoh:
       Dalam kesusastraan Indonesia kita mengenal karya sastra yang disebut pantun dan syair. Kedua karya sastra itu berbentuk puisi dan tergolong karya sastra lama. Keduanya memiliki jumlah baris yang sama dalam tiap bait, yaitu empat baris. Baik pantun maupun syair sekarang jarang dijumpai pada karya sastra masa kini. Kalau pun ada biasanya hanya dalam nyayian saja.

3.      Eksposisi Sebab –Akibat
        adalah paragraf eksposisi yang menguraikan sesuatu dengan cara dijelaskan dalam bentuk hubungan sebab akibat atau akibat sebab.
       Contoh:
       Krisis minyak bumi menambah parahnya inflasi. Dalam waktu singkat harga minyak naik empat kali lipat. Biaya produksi pun naik karena pabrik banyak menggunakan bahan bakar minyak untuk mengoperasikan mesin. Harga barang-barang di pasaran juga menjadi semakin  tinggi. Akibatnya, daya beli masyarakat menjadi semakin menurun.   
4.      Eksposisi Ilustrasi
      adalah paragraf eksposisi yang menggunakan penjelasan tambahan untuk memperjelas paparan lain.
      Contoh:
       Menurut undang-undang ketenagakerjaan semua perusahaan diwajibkan menjamin keselamatan dan kesehatan setiap setiap tenaga kerjanya. Jam kerja para karyawan ditentukan. Biasanya 8 jam sehari. Tiga jam setelah bekerja, mereka diberikan kesempatan untuk istirahat selama lebih kurang 15 menit. Waktu istirahat digunakan untuk minumdan menikmati makanan kecil. Setelah itu mereka bekerja kembali. Selain itu, para pekerja diwajibkan mengenakan masker, khususnya di tempat kerja yang berasap, berdebu, dan berbau.
5.      Eksposisi Umum Khusus atau Khusus Umum
     adalah paragraf eksposisi yang dimulai dengan menjelaskan sesuatu dari hal-hal yang bersifat umum kemudian menjelaskannya dengan kalimat-kalimat pendukung yang lebih khusus. (dan sebaliknya untuk khusus umum)
     Contoh:
       Industri berskala rumah tangga mengalami perkembangan pesat. Industri kompor minyak di Jawa Timur bahkan telah berancang-ancang ekspor. Industri emping belinjo di Jawa Tengah pun tidak mau ketinggalan, perkembangannya cukup membanggakan. Demikian juga industri kerajinan senjata tajam (bedog) di Jawa Timur. Pemasaran senjata jenis golok ini telah sampai ke pulau Sumatra.
   D.    Langkah-langkah menulis eksposisi:
1.      Menetapkan tema tulisan
Agar kita tidak terlalu sulit dalam menulis dan tulisan tidak menjadi dangkal tema yang akan  diuraikan jangan terlalu luas atau umum. Misalnya eksposisi dengan tema “lalu lintas” terlalu luas, kita dapat mempersempit tema tersebut  menjadi lebih kecil seperti:
a.        kemacetan lalu lintas di jalan raya
b.      pelanggaran lalu lintas di jalan raya
c.       peranan polisi dalam lalu lintas di jalan raya
d.      disiplin masyarakat berlalu lintas di jalan raya, dsb.
2.      Menentukan tujuan tulisan
Tujuan tulisan ditetapkan agar pokok persoalan yang kita tulis mudah dipahami pembaca. Misalnya kita akan menulis eksposisi dengan tema “kemacetan lalu lintas di jalan raya”, tujuan menulis dapat ditentukan, seperti:
a.        Menjelaskan bahwa setiap hari lalu lintas di jalan raya mengalami kemacetan
b.       Menerangkan bahwa kemacetan lalu lintas di jalan raya dapat mengganggu kegiatan kita.
c.       Menerangkan bahwa ada beberapa penyebab munculnya kemacetan lalu lintas di jalan raya
d.      Menjelaskan akibat yang ditimbulkan oleh kemacetan lalu lintas di jalan raya, dsb.
3.      Mengumpulkan bahan tulisan
Bahan tulisan eksposisi dapat diperoleh  melalui berbagai sumber, misalnya sumber tertulis (koran, buku, majalah, dsb), wawancara dengan nara sumber, pengamatan langsung terhadap suatu objek, angket yang kita sebarkan kepada masyarakat, dsb.
4.      Membuat kerangka tulisan
Kerangka tulisan kita buat berdasarkan bahan-bahan yang telah diperoleh. Tulisan eksposisi dengan tema “kemacetan lalu lintas di jalan raya” misalnya, dapat kita susun kerangka tulisan seperti berikut ini:
A.  Kemacetan lalu lintas
a.   tidak aneh
b.  menjengkelkan kita
B.  Waktu kemacetan lalu lintas
a.  pagi hari
b.  siang hari
c.  sore hari
C.  Penyebab kemacetan lalu lintas
a.  persilangan dengan kereta api
b.  semakin banyak kendaraan
c.  parkir kendaraan dan pedagang  kaki lima
d.  lampu lalu lintas mati
e.  sikap kurang terpuji para pengemudi
f.   tidak ada polisi lalu lintas
D.  Akibat kemacetan lalu lintas
      a.   waktu terbuang percuma
      b.   boros bahan bakar
      c.   polusi udara dan suara
      d.  stres  menyerang kesehatan rohani
5.      Mengembangkan tulisan
      Kerangka karangan yang telah kita susun kemudian kita kembangkan.
      Kembangkan kerangka karangan dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, serta  perhatikan pula kohesi dan koherensi kalimat.
     Jangan lupa berikan judul yang menarik dan sesuai dengan tema tulisan serta tuliskan judul dengan baik dan benar.
      Kemungkinan pengembangan tulisan eksposisi dari kerangka karangan di atas  sebagai berikut:
MENYIMAK  KEMACETAN  LALU LINTAS
       Di banyak kota besar, kemacetan lalu lintas di jalan raya menjadi persoalan yang pelik. Sebenarnya ini merupakan kenyataan yang tidak aneh. Meskipun demikian, kemacetan lalu lintas merupakan keadaan yang menjengkelkan kita sebagai pengguna jalan.
       Jika  diperhatikan, pada waktu-waktu tertentu lalau lintas di jalan-jalan tampak macet. Pada pagi hari kemacetan lalu lintas mulai terasa ketika warga masyarakat mulai berangkat ke tempat mereka bekerja dan para pelajar mulai berangkat ke sekolah. Pada siang hari kemacetan lalu lintas semakin menjadi-jadi karena jumlah kendaran yang melewati jalan raya semakin banyak. Sedangkan pada sore hari kemacetan lalu lintas mulai agak menurun.
       Banyak hal yang menjadi penyebab kemacetan lalu lintas. Pertama, adanya persilangan dengan jalan kereta api. Kedua, semakin banyak kendaraan yang berlalu lalang di jalan-jalan. Ketiga, banyak jalan digunakan sebagai parkir kendaraan dan sebagai tempat para pedagang kaki lima berjualan. Keempat, sering terjadi lampu lalu lintas mati. Kelima, sikap kurang terpuji para pengemudi, seperti memberhentikan kendaraannya tidak pada tempatnya dan saling mendahului dengan kendaraan lain. Terakhir, polisi lalu lintas tidak tampak di tempat tugasnya, sehingga tidak ada yang mengetur lalu lintas di jalan raya.
       Dengan demikian akibat kemacetan lalu lintas pun muncul, seperti  waktu yang terbuang percuma di perjalanan.  Selain itu, pemakaian bahan bakar juga semakin boros. Kemacetan lalu lintas juga dapat menyebabkan polusi udara dan suara. Bahkan, dapat mengakibatkan stress yang meyerang kesehatan rohani kita.

Kepustakaan
Asrom dkk. 1997. Dari Narasi hingga Argumentasi. Jakarta: Erlangga.
Keraf, Gorys. 1985. Eksposisi Komposisi Lanjutan II. Jakarta: PT Grasindo.
Soedjito dan Mansur Hasan. 1986. Keterampilan Menulis Paragraf. Bandung: CV Remaja Karya.
Yulianto, Sarno dkk. 2005. Kompeten Berbahasa dan Bersastra Indonesia untuk SMA Kelas X. Surakarta: Widya Duta.

Comments

Popular posts from this blog

Asmaul Husna (Al-Karim, Al-Mu'min, Al-Wakil, Al-Jami', Al-Adl, dan Al-Akhir)

Dialog Drama Kejujuran (Q.S At-Taubah ayat 119)

Karya Tulis Ilmiah (Sosiologi)